Elzan sudah berusaha keras meninggalkan masa lalunya yang kelam. Setelah dua musim penuh dengan pertarungan dan luka batin, pada musim ketiga ia mencoba memulai hidup baru dengan bekerja sebagai mandor di pelabuhan milik seorang penguasa kriminal yang dikenal sebagai “Bos Besar”. Di sana Elzan berharap bisa hidup lebih tenang sambil membantu memenuhin kebutuhan orang‑orang dekatnya, termasuk membantu urusan pendidikan dan kehidupan pribadi mereka agar bisa jauh dari dunia gelap yang dulu pernah mengikatnya.
Namun kedamaian itu tak bisa bertahan lama. Suatu malam, Bos Besar ditemukan tewas dalam kondisi misterius — dan tanpa diduga Elzan menjadi tersangka utama atas pembunuhan itu. Tuduhan serta bukti yang memberatkan memaksa Elzan kabur demi menyelamatkan nyawanya. Dalam sekejap hidupnya berubah dari mantan petarung yang ingin tenang menjadi buronan yang diburu ke mana pun ia pergi.
Dalam pelariannya, Elzan mendapat bantuan dari seorang gadis misterius bernama Laras — sosok yang dulu sempat ia selamatkan. Berkat Laras — serta bantuan dari Kumala — Elzan bersembunyi di kawasan kumuh dan tersembunyi bernama Cikawe, sebuah kompleks bawah tanah yang menjadi pusat aktivitas gelap: produksi barang palsu, kosmetik palsu, dan usaha ilegal lainnya. Di Cikawe, Elzan kembali dipertemukan dengan sahabat lamanya, termasuk Ical, serta teman‑teman lama seperti Ara, Wulan, dan Salma. Namun situasi di Cikawe jauh lebih kejam daripada yang ia bayangkan; di balik perlindungan tersembunyi terpendam intrik, pengkhianatan, dan korupsi moral.
Sementara itu, Ical — sahabat Elzan — berjuang di jalur yang berbeda: ia mencoba bertahan dengan cara jujur, menjaga pasar kecil dan membantu Salma, yang tengah menghadapi tuduhan menjual kosmetik palsu. Di satu sisi ia berusaha mendukung Salma, di sisi lain ia harus waspada terhadap tekanan dari sindikat kriminal dan anggota geng yang mencoba memanfaatkan situasi. Intrik ini memperumit hidup Ical dan membuatnya harus memilih antara moralitas dan sekadar bertahan hidup.
Keterlibatan berbagai karakter — baik lama maupun baru — membawa cerita ke dalam pusaran konflik yang tidak hanya tentang fisik atau kekerasan, tapi juga tentang kepercayaan, pengkhianatan, loyalitas, dan trauma masa lalu. Elzan, yang sejak awal ingin menjauh dari dunia kelam, mendapati dirinya terperangkap dalam ikatan baru: ia harus melindungi orang‑orang terdekatnya, menjaga rahasia Cikawe, dan pada saat yang sama mencari siapa dalang di balik kematian Bos Besar. Situasi ini membuatnya terus waspada; setiap langkah bisa berarti hidup atau mati — bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk teman‑temannya.
Kisah di musim ketiga bukan hanya soal pertarungan fisik, tapi juga soal pertaruhan moral dan emosional. Elzan dan Ical, yang semula bertekad menjalani hidup tenang, diseret lagi ke dunia kriminal dan dilema batin. Mereka dihadapkan pada pilihan sulit: apakah akan terus berlari, menyelamatkan diri, atau melawan untuk mencari keadilan — meskipun harga yang harus dibayar sangat besar. Setiap episode memperlihatkan bahwa perjuangan mereka bukan semata untuk bebas, tetapi untuk menegakkan kebenaran, melindungi orang‑orang yang mereka sayangi, dan mengakhiri rantai kekerasan serta kejahatan yang telah menghantui mereka bertahun‑tahun.
Musim ini berujung pada klimaks yang mengguncang: kebenaran di balik kematian Bos Besar mulai terbuka, konspirasi di Cikawe makin terkuak, dan persahabatan diuji keras. Elzan, yang awalnya hanya ingin hidup damai, mendapati bahwa untuk mencapai kedamaian — ia harus melalui kekerasan, pengorbanan, dan keputusan yang mungkin mengorbankan segalanya. Dan lewat pertaruhan terbesar dalam hidupnya, ia harus menentukan: apakah akan terus lari, meneruskan hidup dalam bayang‑bayang masa lalu, atau bangkit untuk menuntut keadilan serta menata masa depan baru.


















